Awalnya ujub itu hanya berada di dalam hati, yakni menganggap dirinya paling mulia, paling segala-galanya dan paling sempurna dibandingkan orang lain. Karena anggapan yang demikian itu maka hatinya merasa puas dan bangga terhadap kelebihan yang ada pada dirinya. Kemudian berkembang menjadi suatu perkataan yang mengungkapkan tentang pandangan manusia kepada dirinya sendiri yang mulia.
Sifat ini adalah sifat yang menjadi penghambat untuk adanya kegiatan bersama / berjama’ah.
Karena sifat ini membuat orang yang mempunyai sifat ini menjadi kurang akan penghargaan terhadap orang lain, atau malah tidak peduli dengan orang lain.
Salah seorang ulama salaf pernah berkata: “Seorang yang ujub akan tertimpa dua kehinaan, akan terbongkar kesalahan-kesalahannya dan akan jatuh martabatnya di mata manusia.”
Salah seorang ahli hikmah berkata: “Ada seorang yang terkena penyakit ujub, akhirnya ia tergelincir dalam kesalahan karena saking ujubnya terhadap diri sendiri. Ada sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari orang itu, ketika ia berusaha jual mahal dengan kemampuan dirinya, maka Imam Syafi’i pun membantahnya seraya berseru di hadapan khalayak ramai: “Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri sendiri secara berlebihan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjatuhkan martabatnya.”
Efek Buruk dari Sifat Ujub
Disebutkan dalam Surat AT-TAUBAH ayat 25
"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai."
Ayat diatas, menceritakan tercelanya sifat Ujub, pada perang Hunain itu kaum Muslimin memiliki tentara yang sangat banyak, sedang orang kafir memiliki tentara dalam jumlah yang lebih kecil dari tentara kaum Muslimin. Dengan jumlah tentara yang banyak itu kaum Muslimin merasa bangga dan merasa tidak akan dapat dikalahkan, tetapi kenyataan tidak demikian kaum Muslimin dipukul mundur oleh orang kafir, seolah-olah tentara yang banyak, harta serta persiapan perang yang demikian lengkapnya tidak berguna sedikit pun sehingga terasa bagi mereka bahwa bumi yang luas ini telah menjadi sempit yang menyebabkan mereka lari ke belakang dalam keadaan bercerai-berai. Tentara kaum Muslimin berjumlah 12.000 orang, sedang tentara orang kafir hanya 4.000 orang saja. Pada peperangan ini kaum Muslimin mengalami kekalahan sampai mundur, tetapi akhirnya turunlah pertolongan Allah dan menanglah kaum Muslimin.
Disebutkan dalam Surat AL KAHFI Ayat 104
"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."
Pada Ayat ini, dijelaskan bahayanya sifat Ujub dapat membuat seseorang beranggapan bahwa yang dilakukannya adalah seseuatu yang benar tapi sesungguhnya dia telah dia telah menempuh jalan yang sesat dan tidak ada manfaat dari amalannya.
Membawa pada kesobongan
Ujub bisa membawa kita pada sifat sombong, karena sifat ini menjadikan kita akan kurangnya penghargaan terhadap orang lain, kurangnya rasa respect pada orang lain yang menjadikannya merendahkan oran lain. Hal ini lah yang menjadikan Ujub menjadi sebuh jalan menuju kesombongan.
Lupa Pada Dosa
Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya selain itu juga menganggap besar amalannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.” (HR. Al-Bukhari)
Membuat malas berusaha karena merasa apa yang diinginkan telah tercapai
Dia merasa apa yang diinginkan, apa yang dikehendaki telah dia dapatkan, sehingga muncul rasa malas untuk melakukan lebih. Dia mengganggap batas sudah dia capai sehingganya tidak ada lagi yang ada setelah itu.
Tidak Mau dinasehati karena merasa benar
Sifat Ujub yang menganggap benar dirinya, menjadikan yang terkena sifat ini menjadi tidak mau dinasehati, kenapa tidak mau dinasehati? Hal tersebut dikarenakan dia tidak menerima ada kesahalan/kekurangan dalam dirinya. Dia tidak mengakui kelemahan yang terdapat dalam dirinya.
Ujub pada hakikatnya terjadi karena adanya rasa kesempurnaan dan juga tidak menghubungkan kelebihan kepada Allah. Setiap kelebihan, keberhasilan dan apapun itu, hendaknya kita selalu mengembalikannya kepada Allah SWT, tidak hanya pada ucapan saja tentunya juga sampai kedalam hati. Hal tersebut dapat mencegah godaan-godaan syetan masuk kedalam hati dan pikiran kita.
Sifat Ujub dapat masuk kepada manusia bisa melalui beberapa sarana, diantaranya
Fisik
Kekuatan
Intelektualitas
Nasab yang terhormat
Nasab dengan penguasan yang zalim dan pengikutnya
Banyaknya jumlah anak
Pendapat yang salah