Seorang anak manusia pada perjalanan hidupnya melewati masa kanak-kanak lalu menuju remaja dan kemudian dewasa lalu tua. Proses tersebut adalah fase yang pasti dilewati seorang anak manusia. Fase yang harus dilalui dalam proses menuju kembali kehadirat yang maha mencipta. Mudah melalui fase tersebut jika patokannya adalah umur dan akan sangat sulit jika patokannya adalah pola pikir dan sikap.
Pada perkembangannya seorang anak manusia, mengalami petumbuhan secara fisik dan mental. Secara fisik akan muncul perubahan-perubahan pada fisiknya. Seperti tumbuhnya kumis, berubahnya suara dan lain sebagainya.
Secara mentalpun seorang anak manusia juga pasti mengalami perubahan, karena dalam perjalanannya seorang anak manusia ditempa oleh lingkungan, pendidikan, tontonan dan banyak hal lainnya.
Seorang anak manusia pada masa kecilnya mempunyai sifat alamiah yang pada perjalanan seorang manusia sifat itu bisa saja menjadi berkurang dan bahkan bisa hilang.
Anak-anak identik dengan sifat yang cendrung belum bisa berfikir panjang, gampang terpengaruh, tidak punya pengalaman, gampangnya masih bodoh (tidak tau) untuk bisa disebut sebagai manusia seutuhnya. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah sudah mulai berfikir panjang, sudah bisa memilah perlu dan tidak, dan punya prinsip sehingga sudah bisa (mulai bisa) untuk dikatakan menjadi manusia seutuhnya.
Ada beberapa sifat anak kecil yang tidak semua orang dewasa memilikinya, diantaranya
Seorang anak kecil biasanya tidak mempunyai rasa dendam.
Contohnya, dua orang anak kecil bertengkar (berkelahi) sampai menangis salah satu atau keduanya, lalu hanya dalam hitungan menit mereka berdua bisa kembali bermain bersama seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan orang dewasa? Anggaplah orang tua kedua anak tadi melihat pertengkaran (perkelahian) anaknya tadi. Si orang tua pastilah membela anaknya, terlepas benar atau salah anaknya. Lalu apa lagi, karena tidak terima anaknya disalahkan, mereka pun bertengkar. Lalu tidak sampai disana saja, mereka pun akan akan berbicara sana-sini kalau anak sia anu tu begani-begini pada tetangganya, karena sudah terlanjur berbicara tidak menutup kemungkinan isi yang dibicarakan tidak sesuai dengan apa yang terjadi (ditambah-tambahkan).
Seorang anak kecil mudah menerima kebenaran.
Seorang anak kecil jikalau disampaikan kebenaran kepadanya mereka akan bisa menerimanya dengan mudah, tidak ada penyaringan atas kebenaran yang mereka terima. Lalu bagaimana dengan orang dewasa, jika disampaikan kebenaran kepadanya, meraka terlebih dahulu akan memilahnya, bahkan ada yang menolak kebenaran itu bila tidak sesuai dengan pola pikirnya, tidak sesuai dengan pemahamannya, padahal kebenaran yang disampaikan kepadanya adalah dari sumber yang tidak diragukan lagi.
gambar : tere616-blissfull.blogspot.com
Pada perkembangannya seorang anak manusia, mengalami petumbuhan secara fisik dan mental. Secara fisik akan muncul perubahan-perubahan pada fisiknya. Seperti tumbuhnya kumis, berubahnya suara dan lain sebagainya.
Secara mentalpun seorang anak manusia juga pasti mengalami perubahan, karena dalam perjalanannya seorang anak manusia ditempa oleh lingkungan, pendidikan, tontonan dan banyak hal lainnya.
Seorang anak manusia pada masa kecilnya mempunyai sifat alamiah yang pada perjalanan seorang manusia sifat itu bisa saja menjadi berkurang dan bahkan bisa hilang.
Anak-anak identik dengan sifat yang cendrung belum bisa berfikir panjang, gampang terpengaruh, tidak punya pengalaman, gampangnya masih bodoh (tidak tau) untuk bisa disebut sebagai manusia seutuhnya. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah sudah mulai berfikir panjang, sudah bisa memilah perlu dan tidak, dan punya prinsip sehingga sudah bisa (mulai bisa) untuk dikatakan menjadi manusia seutuhnya.
Ada beberapa sifat anak kecil yang tidak semua orang dewasa memilikinya, diantaranya
Seorang anak kecil biasanya tidak mempunyai rasa dendam.
Contohnya, dua orang anak kecil bertengkar (berkelahi) sampai menangis salah satu atau keduanya, lalu hanya dalam hitungan menit mereka berdua bisa kembali bermain bersama seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan orang dewasa? Anggaplah orang tua kedua anak tadi melihat pertengkaran (perkelahian) anaknya tadi. Si orang tua pastilah membela anaknya, terlepas benar atau salah anaknya. Lalu apa lagi, karena tidak terima anaknya disalahkan, mereka pun bertengkar. Lalu tidak sampai disana saja, mereka pun akan akan berbicara sana-sini kalau anak sia anu tu begani-begini pada tetangganya, karena sudah terlanjur berbicara tidak menutup kemungkinan isi yang dibicarakan tidak sesuai dengan apa yang terjadi (ditambah-tambahkan).
Seorang anak kecil mudah menerima kebenaran.
Seorang anak kecil jikalau disampaikan kebenaran kepadanya mereka akan bisa menerimanya dengan mudah, tidak ada penyaringan atas kebenaran yang mereka terima. Lalu bagaimana dengan orang dewasa, jika disampaikan kebenaran kepadanya, meraka terlebih dahulu akan memilahnya, bahkan ada yang menolak kebenaran itu bila tidak sesuai dengan pola pikirnya, tidak sesuai dengan pemahamannya, padahal kebenaran yang disampaikan kepadanya adalah dari sumber yang tidak diragukan lagi.
gambar : tere616-blissfull.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar