Dalam menjalani hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan. Pilihan untuk ini, pilihan untuk itu, pilihan untuk begini dan pilihan untuk begitu. Begitu banyak pilihan yang harus kita pilih dalam mengarungi kehidupan kita. Pilihan yang akan menentukan bagaimana kita nanti, bagaimana kita akan menjalani hidup kita dimasa yang akan datang.
Pada dasarnya pilihan kita hanya 2,
yaitu “YA” atau “TIDAK”. Pilihan untuk mengatakan Ya atau pilihan untuk
mengatakan Tidak. Pilihan untuk melakukan atau pilihan untuk tidak
melakukan. Pilihan untuk menolong atau pilihan untuk tidak menolong dan
lain sebagainya. Intinya tetap berkenaan dengan “YA” atau “TIDAK” dan
setiap pilihan yang kita pilih tentu saja ada konsekuensinya, tentu saja
ada dampaknya.
Dalam proses kita memilih, tentu akan
ada pertimbangan-pertimbangan kenapa memilih “YA” dan kenapa memilih
“TIDAK”. Dalam proses memilih kita setidaknya tentu punya pedoman, kita
tentu akan memikirkan konseksuensi bagi diri kita dan orang lain serta
dampaknya kepada lingkungan sekitar kita..
Dengan adanya peraturan lalu lintas, Ada
aturan yang mengikat kita sebagai penguna jalan raya, baik itu sebagai
penggguna kendaraan atau sebagai pejalan kaki, ada aturan dalam memasang
plang untuk iklan bahkan ada aturan dalam memasang rambu-rambu lalu
lintas.
Kita sebagai pengendara motor, dalam
aturannya ketika lampu merah, maka kita wajib untuk berhenti, namun
demikian kita masih punya pilihan untuk ikut aturan dengan cara berhenti
atau ikut pilihan untuk tidak ikut peraturan dengan menerobos lampu
merah tersebut. Tentu ada hal yang membuat untuk ikut peraturan lalu
lintas atau melanggar aturan lalu lintas, dan tentu kita pun tau apa
manfaat dan resiko dari pilihan kita tersebut.
Tau dengan akibat, tau dengan resiko
atas pilihan kita tersebut. Maka seharusnya kita pun harus siap menerima
konsekuensi yang akan terjadi akbat dari pilihan tersebut. Jangan ada
alasan begini atau begitu lagi, karena aturannya sudah jelas dan kita
semua sudah tau.
Atau misalnya, kita sebagai seorang
pedagang tentu dihadapkan pada pilihan menjadi pedagang jujur atau tidak
jujur. Pedoman kita untuk memilih jadi pedagang jujur dan tidak jujur
tentu saja ada. Kita memilih pedagang jujur karena ini, dan kita menjadi
pedagang tidak jujur karena itu. Selain itu kita tentu juga akan
memikirkan konseksuensinya bagi keberlangsungan pekerjaan dan dampak
bagi orang yang membeli.
Lalu misalkan kita sedang dalam kondisi
tidak punya uang, dan pada saat itu ada kondisi dimana kita punya
pilihan untuk mencuri dan pilihan untuk tidak mencuri. Saat memilih
untuk mencuri mungkin disebabkan oleh kondisi diri yang sedang butuh
uang, dan kita mengacuhkah konsekuensi kepada diri kita bila tertangkap
akan diproses secara hukum, dan kita juga mengenyampingkan akan adanya
kerugian bagi orang lain. Dan ketika kita memilih untuk tidak mencuri,
mungkin kita lebih mendahulukan ketiadaan konsekuensi yang buruk pada
diri kita dan dampak buruk pada orang lain dan mengenyampingkan
kebutuhan diri sendiri.
Selanjutnya saat kita telah memilih
untuk mencuri, kita idealnya haruslah juga siap untuk menerima
resikonya, kita seharusnya juga siap dengan konsekuensinya. Resiko
ketika kita tertangkap kita akan berhadapan dengan hukum, konsekuensi
bahwa keluarga kita akan menanggung malu akibat pilihan tersebut. Dan
begitupun sebaliknya, saat pilihan untuk tidak mencuri yang dipilih maka
kita pun harus siap dengan resikonya. Mungkin yang akan terjadi
selanjutnya kebutuhan akan uang tersebut tidak terpenuhi namun resiko
berhadapan dengan hukum tidak akan kita hadapi.
Pada kasus diatas, pilihan yang datang
sudah jelas dampak, resiko dan manfaatnya. Dan pilihan ini akan menjadi
pilihan yang sangat mudah karena sudah jelas kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi selanjutnya. Pilihan-pilihan yang sudah ada pedoman
untuk memilihnya. Mencuri itu dilarang, namun kita masih bisa memilih
untuk mencuri atau tidak mencuri, tentu bersama dengan segala resikonya.
Berbohong itu dilarang, namun demikian kita pun masih bisa memilih
untuk berbohong dan untuk itu kita harus siap dengan segala
konsekuensinya.
Lalu bagaimana bila dampak atau akibat
dari pilihan tersebut tidak bisa diketahui saat itu, misalnya kita
dihadapkan pada pilihan jurusan kuliah, kita dihadapkan pada jenis
pekerjaan yang akan kita jalani. Bagaimana kita memilih, sementara untuk
hal-hal semacam itu tidak ada pedoman dalam memilih, tidak ada
patokannya.
Untuk pilihan semacam ini, TIDAK ADA
PILIHAN BENAR ATAU PILIHAN SALAH, YANG ADA ADALAH KITA PILIH LALU
BUKTIKAN BAHWA PILIHAN KITA ITU ADALAH YANG TERBAIK. Pilihan ini sangat
bergantung kepada pribadi si pemilih.
Seperti kasus diatas, misalnya di Badu
setelah lulus SLTA dia akan kuliah dan dihadapkan pada pilihan untuk
masuk jurusan Teknik dan masuk jurusan Sastra. Secara kemapuan si Badu
bisa, dilema saat si Badu memilih adalah jika si Badu masuk jurusan
Teknik, maka akan banyak lowongan kerja yang menanti, jika si Badu masuk
jurusan Sastra lowongan pekerjaan yang menanti tidak sebanyak pada
jurusan teknik.
Mungkin kita akan berfikir sebaiknya
Badu masuk jurusan teknik saja karena faktor setelah kuliah akan lebih
mudah mendapat pekerjaan. Namun begitu, ini belum tentu akan terjadi,
belum tentu juga Badu akan mudah mendapat pekerjaan. Begitupun
sebaliknya jika si Badu memilih untuk masuk jurusan sastra, belum tentu
juga dia akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena lowongan kerja
tidak sebanyak pada jurusan teknik, hal tersebut kembali pada si Badu
sendiri bagaimana dia berusaha.
Lalu misalnya si Badu mengambil kuliah
di jurusan teknik, dengan segala usaha dan upaya dia belajar dengan giat
dan setelah lulus dia pun melamar pekerjaan. Setelah lamaran dikirim
dan ternyata ada 2 lokasi pekerjaan yang siap mempekerjakan si Badu,
yang 1 ada di kota tempat Badu tinggal dengan gaji yang tidak terlalu
besar dan yang 1 lagi berada jauh di pulau seberang namun dengan gaji
yang besar.
Bagaimana si Badu akan memilih pekerjaan
tersebut? Pilihan ini pun tidak ada jaminan bahwa bekerja di lokasi
yang dekat akan lebih baik dari bekerja di lokasi yang jauh, begitupun
sebaliknya, tidak ada jaminan bekerja di lokais yang jauh akan lebih
baik dari bekerja di lokasi yang dekat. Yang bisa Badu lakukan adalah
Badu membuat pilihan lalu Badu buktikan bahwa pilihannya adalah yang
terbaik.
Anggaplah Badu memilih untuk bekerja di
lokasi yang jauh dengan gaji yang besar, namun ternyata tidak lama
kemudian orang tua Badu sakit-sakitan. Dengan kondisi demikian tentu
saja si Badu tidak bisa mendampingi orang tua nya saat sakit. Karena
Badu tidak mendapat izin dari perusahaan untuk pulang maka di Badu
mengeluh dan terbesit “seandainya dulu saya memilih bekerja di
perusahaan dekat dengan rumah, pasti di Badu bisa mendampingi orang tua
nya saat sakit” ketika ada keluhan dan ada penyesalan itu lah, maka
pilihan yang dibuat oleh si Badu dalam memilih pekerjaan adalah bukan
yang terbaik. Namun jika keluhan dan penyesalan itu tidak ada makan itu
akan tetap menjadi pilihan yang terbaik.
Hadapi setiap konsekuensi dari pilihan
dengan sabar dan rasa syukur. Dalam setiap pilihan, syukuri apa yang
kita dapatkan, syukuri apa yang terjadi. Jauhkan keluh kesah dari diri
kita. Hidup akan tetap indah saat rasa syukur masih bisa kita rasakan,
saat kita masih bisa berterima kasih dengan keadaan diri kita, saat
semuanya masih bisa dihadapi dengan kesabaran.
gambar : lenidisini.wordpress.com
0 comments:
Posting Komentar