Seorang budak hitam, jelek, dan hina. Begitulah
orang menyebutnya. Namun, dia adalah salah seorang manusia yang mendapat
keberuntungan. Yup, dia adalah Bilal bin Rabah, salah seorang budak dari
penguasa kaum Quraisy. Keberuntungannya berawal dari tersebarnya kabar tentang
munculnya paham baru yang dibawa oleh seorang manusia mulia, yaitu Muhammad
saw. Namun kabar tersebut meresahkan hati tuan Bilal dan kawan-kawannya karena
hal itu akan mengganggu kekuasaan dan penguasaan mereka selama ini di kota
Mekah. Sepanjang hari mereka mengeluarkan kata-kata kebencian dan menyusun
rencana untuk mengentikan paham tersebut. Tanpa mereka sadari, hal itu malah
semakin menambah rasa ingin tahu dan kekaguman budaknya terhadap ajaran yang
dibawa oleh manusia yang bernama Muhammad. Sampai suatu waktu, seorang sahabat
Rasulullah saw, yaitu Amar bin Yasir, diseret ke hadapan perkumpulan tuannya.
Dengan penuh keyakinan, dia menyatakan bahwa Tuhan itu ahad (satu), yaitu Allah
SWT. Kedudukan setiap manusia sama di hadapan-Nya. Manusia yang paling mulia
adalah yang paling bertakwa. Saat itu, Bilal
merasakan kekuatan yang luar biasa, sehingga dia rela disiksa, dicambuk,
diinjak, dan bahkan tubuhnya dihimpit dengan batu besar karena tidak
melaksanakan perintah untuk menyiksa Amar
yang telah membuat hati tuannya panas. Dengan penuh keyakinan dan harapan, dia
menyambut setiap sakitnya siksaan itu dengan lontaran kata “Allah, ahad”, karena
hanya itu yang dia tahu. Sampai utusan yang menyelamatkannya datang dan membawanya
ke dalam kehidupan Rasulullah saw.
The choice. Pilihan. Itulah yang telah
mengantarkan seorang budak hina mendapat keberuntungan dan kemuliaan. Namun, pilihan
tersebut memang menuntut kerelaannya untuk disiksa dan bahkan mungkin
mengakhiri hidupnya.
Well, itulah hidup. Penuh dengan pilihan.
Setiap momen dan peristiwa merupakan sarana untuk menentukan pilihan. Siapapun,
dengan status apapun dan dalam kondisi bagaimanapun, akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan.
Yang pasti, muaranya cuma dua, surga dan neraka. Surga adalah wujud
keberuntungan, dan neraka adalah bentuk kerugian yang amat besar.
So, agar pilihan kita membawa keberuntungan,
gimana dunk? Yux.. mari kita coba saran-saran berikut ini.
1. Ingat
dan renungkan kembali tujuan hidup kita
Dalam QS. Adz Dzariyat ayat 56, Allah SWT telah
menyatakan bahwa tujuan kita diciptakan adalah untuk ibadah kepada-Nya. Yang
namanya ibadah, tentu yang baik menurut Allah dunk yeah… So, kita mesti
berusaha untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk menurut Allah SWT,
bukan sesuai keinginan kita sendiri.
2. Pupuk
potensi baik, basmi potensi buruk.
Allah
SWT telah menyatakan bahwa semua kita punya potensi untuk baik dan buruk. Dalam
QS. Asy Syams ayat 8-10 yang artinya :
“Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.”
So,
what’s ur choice?
3. Ingat
bahwa semua pilihan kita ada ganjarannya
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan) nya pula.”
Dan
muara semua pilihan hanya dua, surga dan neraka.
Well, yang pasti, sebaik apapun
seseorang, pasti pernah berbuat keburukan. Begitu juga sebaliknya, bagaimanapun
buruknya seseorang, pasti pernah melakukan kebaikan. Yang penting adalah kita
berusaha agar semua pilihan hidup kita sesuai dengan yang Allah kehendaki, agar
kita beruntung.
By : Yeni Marlina
Gambar : dailyreckoning.com