Wednesday 5 March 2014

Life is The Choice






Seorang budak hitam, jelek, dan hina. Begitulah orang menyebutnya. Namun, dia adalah salah seorang manusia yang mendapat keberuntungan. Yup, dia adalah Bilal bin Rabah, salah seorang budak dari penguasa kaum Quraisy. Keberuntungannya berawal dari tersebarnya kabar tentang munculnya paham baru yang dibawa oleh seorang manusia mulia, yaitu Muhammad saw. Namun kabar tersebut meresahkan hati tuan Bilal dan kawan-kawannya karena hal itu akan mengganggu kekuasaan dan penguasaan mereka selama ini di kota Mekah. Sepanjang hari mereka mengeluarkan kata-kata kebencian dan menyusun rencana untuk mengentikan paham tersebut. Tanpa mereka sadari, hal itu malah semakin menambah rasa ingin tahu dan kekaguman budaknya terhadap ajaran yang dibawa oleh manusia yang bernama Muhammad. Sampai suatu waktu, seorang sahabat Rasulullah saw, yaitu Amar bin Yasir, diseret ke hadapan perkumpulan tuannya. Dengan penuh keyakinan, dia menyatakan bahwa Tuhan itu ahad (satu), yaitu Allah SWT. Kedudukan setiap manusia sama di hadapan-Nya. Manusia yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.  Saat itu, Bilal merasakan kekuatan yang luar biasa, sehingga dia rela disiksa, dicambuk, diinjak, dan bahkan tubuhnya dihimpit dengan batu besar karena tidak melaksanakan perintah untuk  menyiksa Amar yang telah membuat hati tuannya panas. Dengan penuh keyakinan dan harapan, dia menyambut setiap sakitnya siksaan itu dengan lontaran kata “Allah, ahad”, karena hanya itu yang dia tahu. Sampai utusan yang menyelamatkannya datang dan membawanya ke dalam kehidupan Rasulullah saw. 
The choice. Pilihan. Itulah yang telah mengantarkan seorang budak hina mendapat keberuntungan dan kemuliaan. Namun, pilihan tersebut memang menuntut kerelaannya untuk disiksa dan bahkan mungkin mengakhiri hidupnya.   
Well, itulah hidup. Penuh dengan pilihan. Setiap momen dan peristiwa merupakan sarana untuk menentukan pilihan. Siapapun, dengan status apapun dan dalam kondisi bagaimanapun, akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Yang pasti, muaranya cuma dua, surga dan neraka. Surga adalah wujud keberuntungan, dan neraka adalah bentuk kerugian yang amat besar.
So, agar pilihan kita membawa keberuntungan, gimana dunk? Yux.. mari kita coba saran-saran berikut ini.
1.   Ingat dan renungkan kembali tujuan hidup kita
Dalam QS. Adz Dzariyat ayat 56, Allah SWT telah menyatakan bahwa tujuan kita diciptakan adalah untuk ibadah kepada-Nya. Yang namanya ibadah, tentu yang baik menurut Allah dunk yeah… So, kita mesti berusaha untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk menurut Allah SWT, bukan sesuai keinginan kita sendiri.
2.   Pupuk potensi baik, basmi potensi buruk.
Allah SWT telah menyatakan bahwa semua kita punya potensi untuk baik dan buruk. Dalam QS. Asy Syams ayat 8-10 yang artinya :
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
So, what’s ur choice?
3.   Ingat bahwa semua pilihan kita ada ganjarannya
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya pula.”
Dan muara semua pilihan hanya dua, surga dan neraka. 
Well, yang pasti, sebaik apapun seseorang, pasti pernah berbuat keburukan. Begitu juga sebaliknya, bagaimanapun buruknya seseorang, pasti pernah melakukan kebaikan. Yang penting adalah kita berusaha agar semua pilihan hidup kita sesuai dengan yang Allah kehendaki, agar kita beruntung. 

By : Yeni Marlina
Gambar : dailyreckoning.com

                
                

0 comments:

Post a Comment